- ASEAN yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok selama ini mempunyai peran besar dalam menjembatani kerja sama negara-negara di Asia Tenggara. Tidak hanya itu, ASEAN selama ini juga menjadi pelopor integrasi ekonomi negara-negara di regional 2 tahun, Asosiasi negara-negara Asia Tenggara ini menyelenggarakan ASEAN Summit yang mempertemukan para pemimpin negara-negara anggota ASEAN. Konferensi yang pertama digelar di Bali pada 1976 tersebut memiliki agenda diskusi yang cukup banyak. Dalam Asean Summit, para pemimpin negara-negara ASEAN biasa membahas berbagai masalah yang dihadapi masyarakat Asia Tenggara dan isu global, serta merumuskan solusi dalam bentuk perjanjian kerja sama. Salah satu kesepakatan penting dibuat para pemimpin negara-negara Asia Tenggara dalam ASEAN Summit ke-9 pada tahun 2003, yakni terkait rancangan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA. Pembahasan mengenai hal ini terus berlanjut hingga pada tahun 2007 negara-negara yang tergabung dalam organisasi itu menyepakati pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai resmi diberlakukan pada 2015. Dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN, hal ini sekaligus menjadi sebuah peluang bagi 600 juta penduduk di kawasan Asia Tenggara. Dengan makin terbukanya ekonomi negara-negara ASEAN, perusahaan-perusahaan di wilayah Asia Tenggara pun bisa lebih leluasa untuk meluaskan area operasinya. Potensi pengembangan ekonomi negara-negara ASEAN pun lebih terbuka. Tujuan Dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN Selain meningkatkan tingkat kompetisi ekonomi di kawasan Asia Tenggara, MEA juga bertujuan untuk mempererat kerja sama ekonomi negara-negara ASEAN. Tujuan pembentukan MEA selama ini tercermin dalam sejumlah pilarnya. Infografik SC Tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN. Ekonomi ASEAN memiliki 4 pilar yang menjadi latar belakang didirikannya kerja sama ekonomi ini. Empat pilar termuat dalam dokumen Blueprint yang disepakati dalam Pertemuan ke-38 ASEAN Economic Ministers Meeting AEM di Kuala Lumpur pada Agustus 2006. Keempat pilar itu adalah sebagai Pasar dan basis produksi tunggal Pilar pertama menekankan peran pasar tunggal dan berbasis produksi. Diharapkan, para pelaku bisnis di kawasan Asia Tenggara memiliki akses terhadap bahan baku, jasa, hingga tenaga kerja secara terintegrasi. Tak hanya pelaku usaha besar, UMKM pun bisa memanfaatkan peluang. Sebab, MEA memberikan akses untuk membangun bisnis dengan biaya produksi rendah di kawasan Asia Tenggara. 2. Kawasan ekonomi berdaya saing tinggiPilar kedua adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN didirikan untuk meningkatkan tingkat daya saing negara anggota ASEAN. MEA pun menjamin persaingan sehat antara negara-negara di diangankan bisa mendorong peningkatan kreativitas, inovasi dan teknologi via perlindungan hak kekayaan intelektual atau Intellectual property rights protection. 3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilanVisi sekaligus tujuan MEA juga tertuang di pilar ketiga. Pembentukan MEA diharapkan nanti bisa menciptakan pembangunan ekonomi yang berkeadilan bagi negara-negara di Asia Tenggara. Melihat lebarnya kesenjangan pembangunan yang ada di negara-negara ASEAN, MEA diharapkan dapat menjembatani hingga meminimalisir adanya gap tersebut. 4. Kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi globalTerakhir, sesuai pilar keempat, MEA diharapkan tidak hanya memperkuat integrasi ekonomi antara negara-negara di ASEAN, namun juga dalam kawasan ekonomi demikian, merujuk laman Kemlu RI, pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN bertujuan meningkatkan kesejahteraan ASEAN yang memiliki karakteristik sebagai pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan berdaya saing; memiliki pembangunan setara; dan mempercepat keterpaduan ekonomi di kawasan ASEAN dan dengan kawasan di luar dan Tantangan MEA Bagi Indonesia Menurut data yang diberikan oleh BPS, UMKM adalah salah satu bisnis yang mendominasi pasar ekonomi di Indonesia sejak tahun 2016. Melihat peluang tersebut, UMKM di Indonesia memainkan peran penting bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat ASEAN. Hal ini menjadi dampak positif bagi ekonomi Indonesia dengan diberlakukannya MEA. Meskipun inisiatif MEA terlihat sangat menjanjikan’, namun Indonesia tetap harus menyusun strategi akan kehadiran ekonomi terbuka di ASEAN itu. Tantangan pembentukan MEA 2015 bagi Indonesia tidak hanya bersifat internal di dalam negeri. Persaingan antarpelaku usaha juga akan semakin ketat, baik dengan sesama pebisnis asal negara-negara ASEAN maupun regional persaingan yang ketat tidak hanya berdampak kepada harga yang kompetitif. Kesamaan karakteristik produk UMKM yang dijual juga menjadi suatu tantangan bagi Indonesia untuk dapat menembus pasar ASEAN dan luar ASEAN. Maka, sejak tahun 2011, pemerintah Indonesia mengeluarkan Inpres Nomor 11 Tahun 2011 yang berisikan Cetak Biru atau blueprint MEA. Dikeluarkannya Cetak Biru MEA merupakan satu upaya persiapan menghadapi persaingan pasar bebas di Asia Tenggara usai pemberlakuan MEA. Tantangan persaingan yang ketat tersebut menuntut Indonesia mempersiapkan amunisinya agar mampu bersaing di komunitas ekonomi ASEAN yang semakin terbuka. - Sosial Budaya Kontributor Maysa Ameera AndariniPenulis Maysa Ameera AndariniEditor Addi M Idhom
Tujuandibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN beserta tantangan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Di zaman sekarang pengaruh besar dari globalisasi hampir tidak bisa dihindari. Pada dasarnya globalisasi membuat lingkup dunia semakin sempit. Hal ini berarti jangkauan segala informasi sangat efisien untuk bisa diperoleh dengan mudah. Globalisasi memberikan pengaruh di berbagai aspek, sebagai contoh adalah aspek ekonomi. Dengan adanya globalisasi pada proses ekonomi tentu mengalami dampak yang sangat signifikan dalam perekonomian dunia. Lalu bagaimana proses globalisasi ekonomi itu ?Globalisasi ekonomi merupakan sebuah proses dimana ekonomi terintegrasi ke seluruh dunia. Ekonomi yang dipengaruhi oleh globalisasi mengakibatkan adanya pembauran proses ekonomi mulai dari tingkat nasional hingga internasional. Pada dasarnya globalisasi membentuk sebuah ruang yang mempermudah berbagai negara untuk saling terintegrasi. Dengan adanya globalisasi pada sistem ekonomi maka aktivitas perekonomian dapat dijangkau dengan mudah dari satu negara ke negara lainnya. Globalisasi pada ekonomi membuat aktivitas perdagangan internasional semakin meningkat dan bebas. Hal ini membuat maraknya persaingan antar negara dalam aktivitas perdagangan internasional yang akan memiliki pengaruh pada laju ekonomi suatu negara. Turut sertanya globalisasi pada proses ekonomi akan meminimalisir rintangan dan batasan yang menghambat aktivitas perekonomian. Globalisasi ekonomi memberikan warna baru bagi beberapa negara dalam menjalankan aktivitas perekonomiannya. Negara yang terindikasi mengalami globalisasi ekonomi terlihat dari beberapa kriteria. Berikut merupakan beberapa kriteria negara yang mengalami globalisasi ekonomiPenggunaan teknologi sebagai alat bantu dalam menunjang aktivitas pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan adanya teknologi dapat mempermudah negara dalam melakukan aktivitas perekonomiannya. Sebagai contoh yaitu penggunaan teknologi komunikasi seperti internet untuk membantu aktivitas perekonomian yang lebih interaksi yang cukup intens antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan globalisasi ekonomi membuat ruang lingkup negara semakin terasa dekat. Hal ini membuat interaksi lintas negara dapat dengan mudah terjadi dan mempermudah aktivitas ketergantungan produksi pada komoditas-komoditas tertentu dari berbagai negara di dunia yang merupakan dampak dari perdagangan persoalan global yang menyangkut aktivitas perekonomian dunia. Dengan adanya globalisasi tidak jarang dapat menimbulkan efek negatif yang ditandai dengan munculnya permasalahan ekonomi. Sebagai contoh persoalan seperti resesi, krisis, dan lain seluruh masyarakat dunia mengalami globalisasi ekonomi, hal ini juga termasuk wilayah Asia Tenggara. Wilayah Asia Tenggara banyak dihuni oleh negara yang dikategorikan sebagai negara berkembang. Dengan adanya globalisasi ekonomi setiap negara di Asia Tenggara harus siap menghadapi arus globalisasi yang berdampak pada sektor ekonomi. Lalu apakah dengan adanya globalisasi ekonomi pada wilayah Asia Tenggara akan menjadi potensial atau justru tantangan ?Dalam menghadapi arus perkembangan globalisasi yang semakin dinamis, negara-negara di Asia tenggara harus siap dengan setiap resiko yang ada. Globalisasi ekonomi bisa menjadi potensi untuk negara dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Disisi lain globalisasi ekonomi juga dapat menjadi sebuah tantangan bagi negara dalam mempertahankan eksistensinya pada perekonomian karena semakin bebasnya perdagangan internasional. Pada dasarnya sikap yang diambil oleh negara lah yang menjadi penentu apakah globalisasi ekonomi dapat menjadi potensial atau justru tantangan. Wilayah Asia Tenggara sendiri memiliki asosiasi yang menaungi persoalan geopolitik dan ekonomi yaitu ASEAN. Dalam meningkatkan kerjasama ekonomi antar wilayah Asia Tenggara ASEAN membentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA. Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan wadah bagi anggota ASEAN dalam membangun kawasan ekonomi terintegrasi. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini juga sebagai bentuk dari adanya pengaruh globalisasi ekonomi. Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki tujuan menciptakan persatuan ekonomi Asia Tenggara yang memiliki daya saing serta mempercepat laju pertumbuhan ekonomi membentuk sebuah ruang yang mempermudah berbagai negara untuk saling terintegrasi. Dalam hal ini Masyarakat Ekonomi ASEAN memiliki misi untuk mengintegrasi ekonomi kawasan Asia Tenggara dengan kawasan global. Misi ini juga sebagai bentuk dari peningkatan peran negara-negara Asia Tenggara di dalam ekonomi global. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
ASEANmerupakan singkatan dari Association of Southeast Asian Nations yang mana berarti merupakan nama untuk negara-negara yang berada di Asia Tenggara. Semua kata atau frasa ASEAN adalah Bahasa Inggris dan memiliki maknanya masing-masing. Bila diartikan secara umum, ASEAN adalah suatu perserikatan atau organisasi antar bangsa yang wilayahnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Peran Bank Indonesia dalam Mengembangkan Sistem Pembayaran Tangguh di ASEAN Inovasi Digital, Kerja Sama Regional, dan Inklusi alam merupakan ancaman serius yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi dan keuangan suatu negara. Di kawasan Asia Tenggara, yang sering kali menjadi pusat bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi, penting bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memiliki sistem pembayaran yang tangguh dan tahan bencana. Bank Indonesia, sebagai bank sentral Indonesia, telah memainkan peran yang penting dalam mengembangkan sistem pembayaran yang dapat bertahan dan berfungsi di tengah-tengah bencana. Artikel ini akan membahas peran Bank Indonesia dalam mengembangkan sistem pembayaran yang tahan bencana di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memelihara stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Salah satu aspek penting dari stabilitas keuangan adalah keberlanjutan sistem pembayaran. Ketika terjadi bencana alam, infrastruktur dan jaringan komunikasi seringkali terganggu, yang dapat menghambat proses pembayaran dan transaksi keuangan. Bank Indonesia telah berupaya untuk mengatasi tantangan ini dengan mengembangkan sistem pembayaran yang tahan bencana. Salah satu langkah yang telah diambil oleh Bank Indonesia adalah dengan mendorong penggunaan teknologi digital dalam sistem pembayaran. Bank Indonesia telah mendorong bank-bank dan lembaga keuangan di Indonesia untuk mengadopsi teknologi digital yang inovatif dalam proses pembayaran. Hal ini termasuk pengembangan aplikasi pembayaran berbasis mobile dan internet banking yang memungkinkan transaksi tanpa perlu hadir secara fisik di bank atau kantor. Dengan adopsi teknologi digital, sistem pembayaran dapat tetap berfungsi bahkan saat infrastruktur fisik terganggu akibat bencana. Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan kerja sama dengan bank sentral negara-negara anggota ASEAN untuk mengembangkan sistem pembayaran regional yang tahan bencana. Kerja sama ini bertujuan untuk memperkuat konektivitas antara negara-negara anggota ASEAN dalam hal pembayaran lintas negara. Dalam situasi bencana alam di satu negara, sistem pembayaran regional dapat menjadi alternatif yang dapat digunakan untuk memfasilitasi transaksi keuangan di wilayah yang terkena dampak Indonesia juga telah mengadakan pelatihan dan sosialisasi mengenai sistem pembayaran yang tahan bencana bagi pihak-pihak terkait di ASEAN. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas negara-negara anggota ASEAN dalam menghadapi bencana alam dan mengelola sistem pembayaran di tengah-tengah bencana. Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi situasi darurat, negara-negara anggota ASEAN dapat lebih siap menghadapi bencana dan menjaga kelancaran sistem itu, Bank Indonesia juga berperan dalam mengawasi dan mengatur industri pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia telah menerapkan kebijakan dan standar yang ketat untuk melindungi konsumen dan menjaga integritas sistem pembayaran. Dalam konteks sistem pembayaran yang tahan bencana, Bank Indonesia memastikan bahwa lembaga keuangan dan penyelenggara sistem pembayaran memiliki rencana kontinuitas bisnis yang matang untuk menghadapi situasi darurat. Bank Indonesia juga melakukan pengawasan terhadap infrastruktur pembayaran untuk memastikan keamanan dan kehandalan tingkat regional, Bank Indonesia juga aktif berpartisipasi dalam kerja sama dengan bank sentral negara-negara ASEAN lainnya melalui ASEAN Working Committee on Payment and Settlement Systems WC-PSS. Melalui komite ini, Bank Indonesia berperan dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan sistem pembayaran regional yang tahan bencana. Bank Indonesia juga berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan negara-negara ASEAN lainnya dalam menghadapi tantangan dan risiko bencana alam. Dalam mengembangkan sistem pembayaran yang tahan bencana, Bank Indonesia juga mengakui pentingnya inklusi keuangan. Bank Indonesia telah mendorong partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam sistem pembayaran dengan memperluas akses ke layanan keuangan, terutama di daerah terpencil dan terdampak bencana. Dengan meningkatkan inklusi keuangan, masyarakat dapat lebih mudah mengakses layanan pembayaran dan mengelola keuangan mereka, bahkan dalam kondisi keseluruhan, peran Bank Indonesia dalam mengembangkan sistem pembayaran yang tahan bencana di ASEAN sangat penting. Melalui penggunaan teknologi digital, kerja sama regional, pelatihan, pengaturan, dan inklusi keuangan, Bank Indonesia telah berupaya untuk membangun sistem pembayaran yang dapat bertahan di tengah-tengah bencana alam. Dalam menghadapi tantangan bencana alam yang sering terjadi di Asia Tenggara, sistem pembayaran yang tangguh dan tahan bencana akan memainkan peran kunci dalam memulihkan perekonomian dan menjaga stabilitas keuangan di ASEAN. Lihat Financial Selengkapnya
slCVob. 458 26 165 140 264 475 387 274 470
peran indonesia untuk menghadapi globalisasi di kawasan asia tenggara adalah