Beberapalukisannya tersimpan di Balai Lelang Christie, Singapore, antara lain “Bali”, “Kecantikan Orang Bali”, “Potret Kecantikan Wanita Bali”, “Pasar Bali”, dan “Para Wanita Bali”. 11. Popo Iskandar Lahir di Garut, 17 Desember 1927, Popo adalah seorang pelukis dan salah satu penggiat pendidikan seni Indonesia, sekaligus penulis.
Penulis Terkenal di Indonesia – Banyak sekali pelukis asal Indonesia yang lukisannya dipamerkan dan dikenal oleh bangsa di belahan bumi lain. Beberapa dari pelukis ini sudah tiada, namun karyanya masih sangat dikenal bahkan mungkin menjadi inspirasi bagi pelukis yang lebih muda. Beberapa dari pelukis kawakan ini – terutama yang mengecap masa penjajahan – dengan caranya sendiri menunjukkan nasionalisme, dan ikut berjuang untuk kemerdekaan atau melawan penjajahan Belanda dan Jepang dengan karyanya juga, loh. Misalnya Raden Saleh, yang membuat karya “Penangkapan Diponegoro” 1857 sebagai tandingan’ dari lukisan “Penyerahan Diri Diponegoro” oleh Nicolaas Pieneman 1835. Lukisan “Boeng, Ajo Boeng” adalah poster propaganda karya Affandi, sebagai bagian dari perjuangan beliau untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Beberapa pelukis masih merupakan satu keluarga dengan pelukis terkenal lainnya. Kami mengambil beberapa pelukis dari sekian banyak pelukis ternama kebangaan bangsa. Siapa saja mereka? Inilah pelukis paling terkenal di Indonesia, yang karyanya tidak lekang oleh waktu. Pelukis Senior Yang Terkenal di Indonesia1. Raden Saleh Syarif Bustaman2. Keluarga Abdullah Suriosubrotoa. Abdullahb. Sudjono Abdullahc. Basuki Abdullah3. Keluarga Affandi Koesoemaa. Affandib. Maryati Affandic. Kartika Affandi-Koberl4. Lee Man Fong5. Antonio Mario Blanco6. Anak Agung Gde Sobrat7. Arie Smit8. Hendra Gunawan9. Henk Ngantung10. Han Snel11. Popo Iskandar12. Jeihan Sukmantoro13. Marina Joesoef14. Heri Dono15. Yunizar16. Sunarni Puji LestariPelukis Muda Yang Terkenal di Indonesia1. Hana Madness2. Abenk Alter3. Alvian Anta Putra4. Gilang Anom Manapu5. Dian Paramita6. Bayu Santoso7. Sinta Tantra 1. Raden Saleh Syarif Bustaman Kelahiran Semarang, 1807, dan wafat tanggal 23 April 1880. Raden Saleh merupakan pelopor seni lukis Indonesia waktu itu adalah Hindia Belanda modern. Raden Saleh dipercaya menggambar sejumlah tokoh terkenal di masa itu. Misalnya Potret Daendels 1838, potret Van Den Bosch 1836, potret Jean Chrétien. Lukisan belau lain yang terkenal misalnya Penangkapan Diponegoro, Stasiun Pos Jawa, dan Perburuan Rusa. Sementara sebuah karyanya tersimpan di Smithsonian Art Museum, di Amerika Serikat, yaitu Forest and Native House. Raden Saleh memiliki rumah di Cikini yang memiliki taman yang luas. Sebagian besar dari area rumah tersebut dihibahkan menjadi kebun binatang dan taman umum di tahun 1862. Pada tahun 1960 area rumah Raden Saleh ini kemudian dijadikan Taman Ismail Marzuki sementara rumahnya menjadi Koningin Emma Ziekenhuis yang kemudian menjadi RS PGI Cikini . Lebih jauh mengenai Raden Saleh, ada di buku terbitan Gramedia berjudul Raden Saleh dan Karyanya, tulisan Werner Kraus yang dapat Grameds baca di bawah ini. 2. Keluarga Abdullah Suriosubroto a. Abdullah Pelukis kelahiran Semarang tahun 1878 ini merupakan anak angkat dari tokoh pergerakan Nasional dr. Wahidin Sudirohusodo, dan merupakan ayah dari Sudjono Abdullah dan Basuki Abdullah. Mulanya beliau mengambil sekolah kedokteran di Batavia dan meneruskan pendidikan di Belanda. Namun, sesampainya di sana beliau memutuskan untuk masuk sekolah seni rupa, dan kemudian hingga seterusnya menjadi pelukis. Beliau sangat suka menggambar objek lukisan pemandangan alam terutama daerah Bandung, sehingga memutuskan tinggal di sana. Setelah beberapa saat tinggal di Bandung, beliau pindah ke Yogyakarta, dan wafat di tahun 1941 di kota ini. Lukisan beliau salah satunya adalah Lukisan Pemandangan Priangan 1935. b. Sudjono Abdullah Sudjono lahir di Yogyakarta, 31 Agustus 1911. Setelah sebelumnya sempat bekerja di periklanan, beliau kemudian menjadi pelukis. Seperti ayahnya, beliau juga menyukai melukis pemandangan alam. Beliau wafat di Kertosono, Jawa Timur, bulan Juli 1993. c. Basuki Abdullah Lahir di Surakarta, 25 Januari, 1915, merupakan pelukis yang pernah menjadi pelukis resmi untuk Istana Merdeka, Indonesia. Karyanya yang terpajang di Galeri Nasional Indonesia adalah Lukisan Kakak dan Adik 1978. Beliau wafat di Jakarta, 5 November 1993. 3. Keluarga Affandi Koesoema a. Affandi Pelukis kelahiran Cirebon, 18 Mei 1907 ini membuat banyak karya lukis yang sampai sekarang masih terkenal. Beliau menikah dengan Maryati, yang seorang pelukis dan memiliki seorang putri, Kartika, yang juga pelukis. Sampai akhir hidupnya beliau tinggal di Yogya. Beliau merancang sendiri bentuk rumah tersebut, kemudian dijadikan museum lukisannya dan lukisan keluarganya, yaitu Museum Affandi. Affandi wafat pada 23 Mei 1990, dan dimakamkan di area rumahnya, sesuai keinginannya untuk selalu dikelilingi oleh keluarga dan orang-orang yang bekerja untuknya. Affandi banyak dianugerahi penghargaan baik di dalam maupun di luar negeri. Lukisan “Potret Diri” 1974 karyanya dijadikan gambar perangko Indonesia untuk seri Seniman Indonesia, yang diterbitkan di tahun 1997. b. Maryati Affandi Adalah istri Affandi Koesoema, lahir di Bogor, tahun 1916. Di Museum Affandi, terdapat karya-karya beliau. Beliau wafat setahun setelah Affandi wafat, 26 Mei 1991 di kota yang sama yaitu Yogyakarta, dan dimakamkan berdampingan dengan sang suami. Lukisan Maryati dipamerkan di galeri Museum Affandi. c. Kartika Affandi-Koberl Putri satu-satunya dari pasangan Affandi dan Maryati ini adalah juga seorang pelukis. Karya-karyanya juga dipajang di galeri di Museum Affandi. Wanita kelahiran Jakarta tahun 1934 ini mendalami restorasi lukisan, di Austria sehingga beliau bisa merestorasi hasil karya sang ayah. Salah satu karyanya adalah potret dirinya bersama kedua orang tuanya. Rukmini Yusuf lahir tahun 1961, Didit Slenthem lahir tahun 1962, dan Juki Affandi lahir tahun 1967. Ketiganya merupakan anak dari Affandi dengan istri keduanya, Rubiyem. Mereka bertiga juga menggeluti bidang melukis. 4. Lee Man Fong Pelukis kelahiran Guangzhou, China, 14 November 1913 ini memiliki 9 bersaudara. Tahun 1917, Sang ayah membawa mereka pindah ke Singapore. Setelah ayahnya wafat tahun 1930, Man Fong harus menghidupi ibu dan saudara-saudaranya dengan melukis. Tahun 1932, beliau pindah ke Jakarta. Presiden Soekarno dikenal sebagai salah satu kolektor lukisannya. Beberapa lukisan karya Man Fong yang dikoleksi oleh Presiden Soekarno adalah lukisan Penari Legong, Dua Ikan Mas Hitam, Kehidupan di Bali, dan Wanita Jepang dan Kipas 1964. Putra Man Fong, Lee Rem lahir tahun 1938, dan menjadi pelukis juga. Antara tahun 1961-1965, Man Fong menjadi pelukis Istana kepresidenan. Selama tahun tersebut, beliau dianugerahi kewarganegaraan Indonesia. Man Fong wafat tanggal 3 April 1988. 5. Antonio Mario Blanco Pelukis ini lahir di Manila, Philipina, 15 September 1912. Setelah beberapa kali menjelajah sejumlah negara di Asia Pasifik. Antonio pindah ke Bali dan menikah dengan seorang penari tradisional Bali yang bernama Ni Ronji. Beliau membuat sebuah rumah di Ubud yang juga berfungsi menjadi sebuah museum. Lukisan Mario Blanco antara lain “Potret Diri”, “Teko biru dan jeruk”, “Semangka Merah dan Kuning”. 6. Anak Agung Gde Sobrat Pelukis ini dilahirkan di Padangtegal, Ubud tahun 1912. Pada awal mula karirnya, beliau pernah belajar membuat wayang. Keahlian ini membantunya untuk membuat lukisan Ramayana dan Mahabrata yang cukup sempurna di awal karir melukisnya. Salah satu lukisan yang beliau buat adalah lukisan yang menggambarkan potret anak perempuannya. Sobrat wafat tahun 1992. 7. Arie Smit Adrianus Wilhelmus “Arie” Smit, merupakan pelukis kelahiran Belanda yang menjadi pelukis di Indonesia. Tanggal lahirnya adalah 15 April 1916. Mulanya, ia datang ke Batavia tahun 1938, sebagai tentara. Tahun 1951, ia memperoleh kewarganegaraan Indonesia, kemudian tahun 1956, ia berangkat sendirian ke Bali untuk pertama kalinya. Kemudian ia memutuskan untuk menetap di pulau itu. Arie dianggap berjasa untuk seni di Bali, sehingga Gubernur Propinsi di Bali memutuskan untuk memberikan penghargaan Dharma Kusuma kepada seniman ini. Beliau wafat tanggal 23 Maret 2016. Hasil lukisannya antara lain Bunga dan Patung 1956, Candi Bentar 2011, dan di Bali 1988. Di Bali, Arie menjalani kehidupan kesenimannya, dimana ia sangat dihormati sehingga dipanggil “Tuan Ari”, berbagai kisah lainnya mengenai perjalanan beliau dapat Grameds baca pada buku Arie Smit, Hikayat Luar Biasa Tentara Penembak Cahaya. 8. Hendra Gunawan Hendra lahir di Bandung, Hindia Belanda waktu itu pada tanggal 11 Juni 1918 dan wafat di usia di Bali, pada tanggal 17 Juli 1983 pada usia 65 tahun. Lukisan Hendra salah satunya adalah “Diponegoro yang terluka” . Selain melukis, Hendra juga ikut aktif di sebuah kelompok sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor. Saat ini, sebagian dari karya Hendra bisa dinikmati di sejumlah museum, seperti di Neka Art Museum – Bali, Singapore Art Museum, dan Ciputra Heritage Museum di Jakarta. 9. Henk Ngantung Bernama lengkap Hendrik Hermanus Joel Ngantung, pelukis kelahiran Minahasa, 1 Maret 1921 ini adalah juga seorang politikus, bahkan pernah dilantik menjadi gubernur Jakarta, yaitu antara 1964 dan 1965. Beliau wafat tanggal 12 Desember 1991. Lukisan Henk antara lain Ibu dan Anak di Kalimantan Tengah 1980 dan Membatik diinspirasi dari sketsa tahun 1944. Source 10. Han Snel Merupakan pelukis terkenal kelahiran Scheveningen, Belanda, tahun 1925. Beliau pindah ke Bali, Indonesia, di tahun 1940, dan melukis banyak lukisan tentang Bali. Beliau merubah agamanya menjadi Hindu, dan menjadi warga negara Indonesia. Han wafat tahun 1998. Beberapa lukisannya tersimpan di Balai Lelang Christie, Singapore, antara lain “Bali”, “Kecantikan Orang Bali”, “Potret Kecantikan Wanita Bali”, “Pasar Bali”, dan “Para Wanita Bali”. 11. Popo Iskandar Lahir di Garut, 17 Desember 1927, Popo adalah seorang pelukis dan salah satu penggiat pendidikan seni Indonesia, sekaligus penulis. Popo meraih gelar sarjana muda Matematika dan menjadi mahasiswa seni rupa ITB. Beliau pernah mengajar di IKIP Bandung. Lukisan tekenal Popo adalah Bulan di Atas Bukit. Popo wafat di Bandung, tanggal 29 Januari 2000. 12. Jeihan Sukmantoro Lahir di Surakarta, tanggal 26 September 1938, dan wafat di Bandung pada tanggal 29 November 2019. Jeihan adalah pendiri Studio Seni Rupa Bandung. Beliau juga kerap melukis tokoh-tokoh utama negeri ini antara lain Taufiq Kiemas dan Marie Elka Pangestu. Lukisan karyanya yang terkenal adalah Satrio Piningit. Selain melukis, Jeihan juga menikmati membuat puisi. 13. Marina Joesoef Pelukis kelahiran Jakarta, 24 Maret 1959 ini merupakan putri pertama dari Dr. Sumarsono Sastrowardoyo. Marina pernah menjadi Gadis Sampul. Beliau saat ini tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia. 14. Heri Dono Pelukis ini lahir di Jakarta, 12 Juni 1960. Ia memenangkan penghargaan Lukisan Terbaik tahun 1981 dan 1985. Ia cukup dikenal di mancanegara dan memenangkan penghargaan Price Clause Award, tahun 1998. Lukisannya antara lain The Scapegoat Republic 2011. 15. Yunizar Lahir pada tahun 1971, di Sawahlunto, Sumatera Barat, Yunizar adalah salah satu pelukis terkemuka dari Kelompok Seni Rupa Jendela. Karyanya banyak diburu kolektor mancanegara dan ia pun masuk dalam daftar 500 pelukis terlaris dari Top 500 lembaga analis perkembangan pasar seni rupa dunia Artprice, Perancis, 2008/2009. 16. Sunarni Puji Lestari Nama panggilannya adalah Tarie, merupakan anggota resmi dari GT Yarmouth dan District Society of Artist. Ia mulai melukis di usia yang dini, yaitu usia SD, dan di usia muda tersebut ia memenangkan sejumlah kompetisi. Lukisan yang ia buat antara lain “Anjing Laut” yang dia persembahkan kepada Ratu Elizabeth II, Ratu Inggris, untuk perayaan Diamond Jubilee tahun 2012. Diamond Jubilee adalah perayaan ke 60 dari sebuah peristiwa penting. Misalnya pendirian sebuah organisasi atau lamanya masa bertahta. Pelukis Muda Yang Terkenal di Indonesia Selain para pelukis seperti yang namanya sudah disebutkan di atas, Indonesia punya sejumlah pelukis yang berusia lebih muda. Inilah beberapa orang diantara mereka yang memiliki prestasi di bidang seni lukis. 1. Hana Madness Hana melukis dalam bentuk doodle, dan diberikan warna ceria. Sehingga memiliki ciri khas tersendiri. 2. Abenk Alter Alias Rizqi Ranadireksa, lahir di Jakarta, 28 Februari 1986. Tak hanya melukis, Abenk juga merupakan penyanyi, dan sempat membuat beberapa album dan single. Lukisan karya Abenk adalah “Metamorfosa”. 3. Alvian Anta Putra Kelahiran 29 November, 1995, ini sempat memenangkan satu kategori di UOB Painting of The Year. Kategori tersebut adalah The Most Promising Artist untuk tahun 2017, untuk lukisannya yang berjudul “Diskusi”. Selain itu, Alvia juga kerap mengikuti pameran lukisan di tempat tinggalnya yaitu Yogya. 4. Gilang Anom Manapu Pelukis kelahiran Bandung 24 tahun lalu ini menang di ajang Go Ahead Challenge. Ia juga membuat live performance berjudul Sunscript 5. Dian Paramita Pelukis kelahiran 1982 ini mengadakan pameran lukisan dengan tema “Food for thought” di Philadelphia, Amerika Serikat, selama 3 minggu di tahun 2017. Sesuai tema, 30 lukisannya adalah tentang makanan khas Indonesia, seperti nasi goreng, durian, dan ikan. 6. Bayu Santoso Pelukis ini merupakan pemenang desain cover Album Maroon 5, sebuah grup band terkenal dari Amerika Serikat tahun 2014, yang menggambarkan kepala macan. Cover ini menyisihkan banyak saingan. Keren banget, kan prestasinya? 7. Sinta Tantra Pelukis dari Bali ini banyak membuat karya untuk ruang publik. Karyanya mendunia, mencapai Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Selain pelukis muda yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi pelukis muda berbakat Indonesia yang lainnya lagi, yang memiliki prestasi manis. Dan akan lahir lebih banyak lagi pelukis berbakat yang kelak bisa setara dengan para seniornya, dan memiliki karya mendunia. Melukis memang perlu bakat, namun bakat juga harus diasah dan dikembangkan, agar tidak menjadi sekadar bakat. Jika kamu melihat si kecil memiliki bakat ini, mungkin saatnya untuk mulai menggalinya. Siapa tahu, ia memiliki bakat melukis. Salah satunya dengan membelikan buku belajar melukis. Klik lalu search “Ayo Melukis Bersamaku”, karya Vlorenia Oktaviani Baca juga artikel lain berikut ini Quotes Persahabatan Genre Film Rekomendasi Film dan Drama Contoh Cerpen Motivasi dan Lucu ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Apasaja yang termasuk tahap finishing dalam membuat kerajinan dengan inspirasi objek budaya tampines 02.06.2022 · empat serbuan dilancarkan ke atas sindiket menjual hidupan liar pada 31 mei lalu, manakala tiga serbuan di kawasan bukit merah, perak dengan berjaya menahan seorang lelaki warga tempatan berusia 44 tahun serta merampas sejumlah 72
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 205732 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7db997faf11afc • Your IP • Performance & security by Cloudflare
SahabatDream dapat menikmati pemandangan Kota Wina dari atas bukit. Namun ada kisah menyedihkan di balik keindahan bukit ini. Museum ini menyimpan lukisan dari kisah Kara Mustafa di Bukit Kahlenberg. Tidak diketahui siapa senimannya, namun lukisan dipastikan sudah ada sejak 1696. makanan berbentuk bulan sabit itu berasal dari Austria
iStockKastil Di Atas Bukit Ilustrasi Stok - Unduh Gambar Sekarang - Budaya tiongkok, Lukisan - Produk seni, Sejarah kuno - KondisiUnduh ilustrasi vektor Kastil Di Atas Bukit ini sekarang. Dan cari lebih banyak seni vektor bebas royalti yang menampilkan Budaya tiongkok grafik yang tersedia untuk diunduh dengan cepat dan mudah di perpustakaan gm1335372010$ stockGambarFotoIlustrasiVektorVideoKastil di atas bukit ilustrasi stokpemandangan kastil kuno di pantai, sumi-eDeskripsipemandangan kastil kuno di pantai, sumi-eGambar berkualitas tinggi untuk semua proyek Anda$ dengan langganan 1 bulan10 gambar per bulanUkuran terbesar4676 x 3305 px 39,59 x 27,98 cm - 300 dpi - RGBID ilustrasi stok1335372010Tanggal unggahan21 Agustus 2021Kata KunciBudaya tiongkok Ilustrasi,Lukisan - Produk seni Ilustrasi,Sejarah kuno - Kondisi,Air Ilustrasi,Alam Ilustrasi,Awan - Langit Ilustrasi,Batu Ilustrasi,Batu - Fenomena alam Ilustrasi,Benteng - Struktur bangunan Ilustrasi,Bukit Ilustrasi,Gambar - Produk seni Ilustrasi,Garis pantai - Fitur pesisir Ilustrasi,Gelombang Terpecah Ilustrasi,Gunung Ilustrasi,Gunung berapi Ilustrasi,Horizontal - Komposisi Ilustrasi,Ilustrasi - Citra Ilustrasi,Industri Ilustrasi,Lihat semuaPertanyaan umumApa itu lisensi bebas royalti?Lisensi bebas royalti memungkinkan Anda hanya membayar sekali untuk menggunakan gambar dan klip video berhak cipta dalam proyek pribadi dan komersial dalam proyek yang sedang berjalan tanpa memerlukan pembayaran tambahan setiap kali Anda menggunakan konten tersebut. Hal ini menguntungkan semua pihak, dan itulah alasannya semua yang ada di iStock hanya tersedia bebas royalti — termasuk semua Budaya tiongkok gambar dan file bebas royalti apa saja yang tersedia di iStock?Lisensi bebas royalti adalah opsi terbaik bagi siapa pun yang perlu menggunakan gambar stok secara komersial, itulah sebabnya setiap file di iStock — baik foto, ilustrasi, atau klip video — hanya tersedia bebas Anda dapat menggunakan gambar dan klip video bebas royalti?Dari iklan media sosial ke papan iklan, presentasi PowerPoint hingga film panjang, Anda bebas memodifikasi, mengubah ukuran, dan menyesuaikan setiap aset di iStock — termasuk seluruh Budaya tiongkok gambar dan rekaman — untuk proyek Anda. Kecuali foto 'hanya untuk Editorial' yang hanya dapat digunakan dalam proyek editorial dan tidak dimodifikasi, kemungkinan bagi Anda tidak lebih lanjut tentang gambar bebas royalti atau lihat Pertanyaan Umum terkait ilustrasi dan vektor stok.
Ruangyang terdapat pada Gambar komet di atas adalah bentuk komet yang berada di hadapan lebih besar berbanding bintang yang berada di. Bima Sakti Starry Sky. 242 917 Bab 9 Teknologi Angkasa Lepas Praktis Formatif 91 1. Intan baiduri di angkasa lepas.
"Ayam" by Popo Iskandar, Medium Oil on canvas, Size 48cm x 61cm, Year 1995 "Bulan diatas Bukit" by Popo Iskandar, Size 95cm x 80cm, Medium Oil on canvas, Year 1996 "Kucing" by Popo Iskandar, Size 113cm x 82cm, Medium Oil on canvas, Year 1989 "Two panthers and red sunset" by Popo Iskandar, Size 100cm X 145cm, Medium Oil on canvas, Year 1996 "Bunga" by Popo Iskandar, Size 70cm x 65cm, Medium oil on canvas "Cat" by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 75cm x 95cm, Year 1994 "Mother & child" by Popo Iskandar, Size 100cm x 80cm, Medium oil on canvas, Year 1975 " Young Leopard " by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 70cm x 75cm, Year 1998 "Kucing" by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 120cm x 145 cm, Year 1975 "Hutan" by Popo Iskandar" by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 100cm x 70 cm, Year 1973
1 Francisco Goya. Contoh Lukisan Aliran Romantisisme The Second of May 1808 dan Analisisnya. 2. J.M.W Turner. Contoh Karya Aliran Romantisisme Fishermen at Sea dan Analisisnya. 3. Caspar David Friedrich. Contoh Karya Aliran Romantisisme Wanderer above a Sea of Fog dan Analisisnya.
Senja Itu Angin menggonggong dalam diam Menyergap sebongkah daging di balik jeruji Sedang bias cahaya redup menjadi penentu Menggoda setiap jari mengulas makna Hingga tergambar bulan di atas kanvas Naif dan khilaf kini telah luruh Menghunus abdi di balik gemerlap angka Putih dan hitam kini tak lagi mampu mengurai makna Segalanya telah berakhir tanpa akhir Bunga ini terlalu lemah untuk membuka diri Ketika menyadari dirinya terlalu jauh untuk dikatakan indah Bunga ini terlalu malu untuk menatap matahari yang memberinya cahaya Hingga seekor kumbang menghampirinya dengan sayap yang terluka Memohon untuk bunga ini mekar Akankah bunga ini akan memberi sandaran untuk kumbang ini? Ketika rasa takut itu terus menghantuinya Perasaan yang selama ini memgekangnya Seperti labirin gelap yang tak berujung Ironi dalam penantian yang tak terhubung Yang berkelekaran di pemakaman, hatiku. Aku di sini mengenakan gaun hitam, untuk merayakan pesta perpisahan kita sayang. Kau tak perlu menemaniku di sini Dua cangkir kopi telah terseduh, tanpa pernah kusentuh Aku sudah tidak lagi menunggumu. Aku hanya sedang meracik kembang kamboja Aroma kecewa merebak, menjerat kelu. Kemudian kuteguk dua cangkir itu sekaligus Berisikan kamboja yang telah kuiris-iris seperti kau yang telah mengiris sukmaku. Aku melumat diriku sendiri dengan keresahan mendarah daging Merobek lingkar cahaya, pada matamu yang tergambar jelas di dahiku. Aku meminum darah yang muncrat sebagai tanda kehilangan. Tak ada yang lebih manis dari kedatanganmu Pun tak ada yang lebih pahit daripada kehilanganmu Pesta perpisahan kita, Sayang. Sudah kubuat sedemikian rupa, dengan penghulunya adalah sebuah kematian. Ronta Bumi Untuk Anak Negeri Pada hari ketigapuluhsatu, hujan bergeming pada daun-daun kering Mengatasnamakan jiwa terogoh fatamorgana Diiming-imingi secuil, hati ikut goyah, kerdil. Sumpah pemuda diawetkan pada jidat tiap anak bangsa Dasar anak muda zaman sekarang Melihara itu palawija biar bisa tumbuh dan dimakan rakyat jelata Ini negeri ditinggali para bajingan yang seenak wudelnya memamerkan produk bangsa lain Sudah kembalikah akal kalian? Atau ambah amnesia Ini aku bangsa kalian, Bumi kalian Kalian berpijak diperutku Remaja kekinian boleh nongkrong asal ide terborong. Boleh gaya-gayaan asal bangsa dipikirkan Boleh posting instagram asal nasionalisme tergenggam Boyong prestasi ke luar negeri Biar nona dan tuan disana mengerti hebatnya ibu pertiwi Genggam dan tuntaskan, semesta memberkati. Karya Lintang Kumalasari Aku tahu aku hanya perempuan penikmat kopi Yang senang bercengkrama dengan senja Aku mengerti, aku tak secantik rembulan dan bintangmu Aku bahagia dengan diriku Dan kukira semesta juga merestuiku untuk tetap menjadi aku Yang selalu bisa kau nikmati tiap lekuk garisnya pada langit malam Akan kuusir siang dari persinggahan langit, agar malam kian kekal Dan kau akan terus terdekap Walau hanya sebatas pandang Lamat-lamat kukecup keningmu, Sayang Apakah kau benar sudah pergi? Kau pasti alpa, bahwa aku ingin merebah rasa Tentang mimpi yang kau lilitkan pada matamu Merebah segala yang pantas direbah Tentang segala yang dipertentangkan. Kau membuat sajak yang seperti apa tentang ini Aku sudah terlalu sering menamai ini sebagai penyatuan kekecewaan Menggenggam dua yang sakit Lantas aku sedemikian luput atas nama jarak yang tak pernah padam Semerbak aroma paling menyakitkan Aku benar-benar kehilangan Dan kehilangan yang paling indah, adalah kau tidak merasa kehilanganku. Yang menggenang pada danau mataku. Aku, kau, bercumbu di bawah hujan yang airnya sudah kering sebelum turun. Sesajen dan kertas kosong Bubuhkan sendiri asa-asa yang mengundang tangis Aku telah diperkosa waktu Aku menyerah memilih diam Bercumbu dengan sekitar air, api, tanah, dan udara Menyembuhkan sesak nafas karena luka Disaksikan candi candi bersaksi tentang airmata Aku melihatmu sedang menyobek senyumku bersama mantan kekasihmu Aku mendapatimu diam mematung, melihat satu persatu huruf dari namaku jatuh berceceran Aku memergokimu tertawa terbahak-bahak Kemudian pergi berlalu, dan membiarkan huruf dalam namaku masih berserakan Tanpa pernah kau ambil, kemudian kau susun dengan tertata Tergesa-gesa aku membunuhmu Lalu kutatap kau mati, dengan senyuman Tergeletak di ruang dalam hati Kemudian aku menatap lantai yang beraromakan anyir darahmu Aku merasa telah mendustai rindu Lalu kuputuskan untuk membelikanmu mawar, Sayang. Biar kita nikmati bersama Walau tak pernah bersama dirimu untuk memakan hidangan di kota Sekarang aku lega, Sayang. Kita bisa memakan bunga ini bersama-sama. Kau mengenalkanku pada Pencipta, kali pertama aku bernyawa Melalui salawat dan alunan indah, pedoman dalam hidup selalu kau lantunkan Kutatap dunia, karena kau mempertahankanku Pelita hidup dalam sejarah kehidupanku Oh apakah aku mulai alpa? Kau rengkuh hatiku, tanpa kurengkuh hatimu Kau mendekap tangisku, tanpa kudekap tangismu Bagai malaikat tak bersayap Bubuhkan cinta tanpa harap Ahhh.. Salah besar jika aku tak berani taruhkan nyawaku untukmu Kuucap janji pada semesta Segalanya dariku, bermuara pada hatimu, Ibu. Kurapalkan mantra yang berisikan namamu Memanggil ombak, meliukkan nyiur Menepis angin, mendekap mentari, dalam senja. Menjadikan camar, lambang hati yang lapar Dan dalam undang-undang tentang percintaan, kususun alinea cinta padamu Meriwayatkan sajak-sajak, lahir dalam supremasi hukum cinta yang terarak Menjabarkan pasal-pasal menyakitkan tentang kekecewaan yang teramat dalam Selalu saja, kususun aline cinta padamu. Rikala sepi menyayat hati Mengombang-ambingkan kata, umpama mancala putra dan mancala putri Kau mengoyak hati, mengirimkan beribu kecewa pada jurang batinku Tapi selalu saja rindu menyapa Selalu saja rindu, menjadi alasan untuk tetap mencintaimu Rindu acapkali membungkam otak Dengan rasa entah, kebohongan dipapah Ah, mengapa aku tak membuang wajahmu ke negeri antah berantah Cinta memang selalu disalahkan Demi langit, demi bumi, demi senja. Cinta tak pernah bersalah Kau dan akulah yang patut disalahkan, karena beraninya menyalahkan cinta Seperti halnya embun tak perlu gores warna untuk dicintai pagi Dan inilah retorikaku tentang cinta tak salah Ada salam dari mentari yang baru bangun dari peraduan Ada salam dari embun yang selalu setia menemani pagi Ada salam dari adzan shubuh yang bersetubuh dengan fajar Ada salam dari daun yang memilih bersemedi dengan sepi Ada salam dari temaram pada sejengkal kerinduan Ada salam dari siang pada sebuah penantian Ada salam dari bagaskara pada tiap helai kehampaan Ada salam dari rindu yang kutabur di ladang batinmu Ada salam dari dewi malam pada hati yang tak pernah bersatu Ada salam dari bintang, mengungkap kecewa, terbungkam Ada salam dari kesetiaan pada keesaan Tuhan Ada salam dari kebencian yang terselip dalam hampa malam Ada salam dari semesta untukmu, kekasih. Ah, kuharap kau mau menerima salam-salam ini.
Indah langit, dataran tinggi, gunung, suasana, punggung bukit, pagi, pegunungan, stasiun bukit, sinar matahari, menjatuhkan, fenomena. Gambar sketsa alam pegunungan tak harus berupa gambar 2 gunung dengan matahari yang berada di tengah ya sobat. Jangan lupa untuk mengucapkan subhanallah atas izin beliau kita semua bisa menikmati indahnya.
>> LUKISAN DAN BIOGRAFI POPO ISKANDAR Pelukis, penulis esai, kritikus sastra Sunda, dosen seni rupa IKIP Bandung. Lahir di Garut pada 17 Desember 1927 dan meninggal pada 29 Januari 2000 pada umur 72 Tahun. Minatnya kepada seni lukis tumbuh karena pengaruh abangnya, Angkama, seorang guru guru gambar HIS, beranjak dewasa dibimbing oleh Hendra Gunawan dan Barli Samitawinata. Bersama dengan kedua orang gurunya itu, Popo sering keluar masuk lorong dan perkampungan Bandung dan sekitarnya. Dalam proses melukis, Popo merasa lebih dekat dengan Hendra yang sifatnya terbuka, pandai bergaul dan memiliki rasa humor yang segar. Pada masa revolusi, Popo menggabungkan diri dengan TRIP. Dia menamatkan SMP di pengungsian. Setelah ada pengumuman Wakil Presiden Moh. Hatta yang memperkenankan para pegawai sipil bekarja pada pemerintahan negara federal, Popo kembali ke Bandung. Dia bermaksud mendalami seni lukis melalui pendidikan formal, pada jurusan Seni Rupa. Tamat tahun 1958. Penulisan skripsi untuk memenuhi tugas kesarjanaan, menyebabkan ia menulis esai dan kritik yang di antaranya dimuat dalam majalah Siasat Jakarta dan Budaya Yogyakarta. Pada mulanya lukisan Popo, terpengaruh oleh gurunya, Ries Mulder, orang Belanda yang mengajar di Juruan Seni Rupa dan cenderung berkiblat pada mazhab kubisme dan abstrak. Tetapi pengaruh realisme Hendra Gunawan pun tetap kuat. Dalam perkembangan selanjutnya, Popo menemukan gaya sendiri. Kegemarannya melukis kucing, menyebabkan ia sering diberi julukan "pelukis kucing". Sang Pelukis Maestro ini terkenal dengan ciri khas Lukisan bertema kucing, dilukis dalam gaya ekspresionis bernuansa minimalis, dengan tehnik cat tebal dan bertekstur. Salah satu alasan Popo Iskandar gemar melukis kucing, seperti yang pernah beliau ucapkan semasa hidup “ Tabiat kucing variatif, manja, binal dan buas, tapi penurut. Karena itu saya menyukainya” katanya. Dia melukiskan kegarangan, kemalasan, kelucuan, daya magis dan sifat-sifat lain yang dia lihat ada pada kucing. Dengan garis-garis yang sugestif dan warna yang hanya dua-tiga macam saja, dia mengungkapkan sifat-sifat kucing. Tetapi sebenarnya ia tidak hanya melukis kucing. Binatang lain dan motif lain pun banyak dia lukis seperti batu-batuan, lautan, kebun bambu, bunga, ayam, banteng, harimau, dll. Karya-karyanya seperti dapat dibagi dalam berbagai periode sesuai dengan motif yang banyak dia lukis, seperti periode jambangan bunga, periode kebun bambu, periode batu-batuan, periode lautan, periode kucing, periode ayam, dll. Popo sering menyelenggarakan pameran, baik tunggal maupun bersama dengan yang lain, baik dalam negeri maupun di luar negeri. Pada tahun 1960, Popo terpilih sebagai Ketua BPB Kiwari Bandung yang aktif menyelenggarakan diskusi dan pertunjukan kesenian tradisional. Waktu pembentukan PPSS Popo menjadi salah seorang pendiri dan duduk sebagai anggota pengurus yang pertama, bertugas menilai calon anggota. Pada tahun 1970, Popo terpilih menjadi anggota Akademi Jakarta yang bertugas antara lain menyusun calon anggota Dewan Kesenian Jakarta dan memberikan saran-saran dalam bidang kebudayaan kepada Gubernur DKI Jakarta. Sehubungan dengan genapnya usia Affandi 70 tahun, Akademi Jakarta menugaskan Popo menulis buku tentang Affandi. Hasilnya adalah Affandi Suatu jalan Baru dalam Realisme Jakarta, 1977. Popo menjadi anggota tim penyusun buku Sejarah Seni Rupa Indonesia yang diterbitkan oleh Direktorat Kebudayaan Depdikbud Jakarta, 1982, Naskahnya yang lain Seni Lukis Indonesia pra-Persagi. Lukisan Popo Iskandar banyak dikoleksi dan sekaligus dijadikan sebagai hiasan dekorasi interior dalam rumah bergaya modern dan minimalis, karya-karya Lukisanya banyak mendapatkan apresiasi dari para pengamat seni, baik dalam dan luar negeri. "Ayam" by Popo Iskandar, Medium Oil on canvas, Size 48cm x 61cm, Year 1995 * Auction Masterpiece "Bulan diatas Bukit" by Popo Iskandar, Size 95cm x 80cm, Medium Oil on canvas, Year 1996 * Auction Masterpiece "Kucing" by Popo Iskandar, Size 113cm x 82cm, Medium Oil on canvas, Year 1989 * Auction Masterpiece "Two panthers and red sunset" by Popo Iskandar, Size 100cm X 145cm, Medium Oil on canvas, Year 1996 * Auction Masterpiece "Bunga" by Popo Iskandar, Size 70cm x 65cm, Medium oil on canvas * Auction Masterpiece "Cat" by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 75cm x 95cm, Year 1994 * Auction Masterpiece "Mother & child" by Popo Iskandar, Size 100cm x 80cm, Medium oil on canvas, Year 1975 * Auction Masterpiece " Young Leopard " by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 70cm x 75cm, Year 1998 * Auction Masterpiece "Kucing" by Popo Iskandar, Medium oil on canvas, Size 120cm x 145 cm, Year 1975
zkyy1BB. 480 162 85 453 66 374 162 154 174
lukisan bulan di atas bukit